The Jungle Book |
Anak Didikan Rimba, atau judul aslinya The Jungle Book adalah kumpulan cerita yang ditulis oleh Rudyard Kipling.
Cerita-cerita ini pertama kali diterbitkan di majalah antara tahun 1893
- 1894. Publikasi aslinya juga berisi ilustrasi, beberapa oleh ayah
Rudyard, John Lockwood Kipling. Kipling lahir di India
dan menghabiskan enam tahun pertama masa kecilnya di sana. Setelah
sekitar sepuluh tahun di Inggris, ia kembali ke India dan bekerja di
sana sekitar enam-setengah tahun. Cerita-cerita ini ditulis ketika
Kipling tinggal di Vermont.
Cerita-cerita di dalam buku ini, dan juga dalam The Second Jungle Book ("Buku Rimba Kedua") yang mengikuti pada tahun 1895 dan yang meliputi lima cerita lebih lanjut tentang Mowgli, adalah kumpulan fabel; cerita yang menggunakan hewan dalam cara antropomorfik untuk memberikan pelajaran moral. Ayat-ayat Hukum Rimba, misalnya, menggelar aturan untuk keselamatan individu, keluarga dan masyarakat. Kipling memasukkan hampir semua yang dia tahu, dengar, dan impikan tentang hutan India "Pembaca lain telah menafsirkan karya ini sebagai alegori politik dan masyarakat pada saat itu. Yang paling terkenal dari kumpulan cerita tersebut adalah tiga cerita yang mengisahkan petualangan Mowgli (dibaca: "mau-gli"), seorang "anak manusia" yang ditinggalkan dan dibesarkan oleh serigala di hutan India. Yang paling terkenal dari kisah-kisah lainnya juga "Riki-Tiki-Tavi", kisah heroik tentang seorang musang monggus, dan "Tumai Gajah", cerita seorang penegar gajah muda. Cerita tentang Kotik, sang Anjing Laut Putih mencari sebuah tempat di mana rakyatnya akan aman dari pemburu, telah dianggap sebagai metafor untuk Zionisme, pada awal dimulainya gerakan tersebut.Seperti halnya dengan banyak karya Kipling, masing-masing cerita didahului oleh sepotong ayat, dan dilanjutkan oleh yang lain.
Anak Didikan Rimba, karena nada dan pesan-pesan moralnya, telah digunakan sebagai buku motivasi oleh Pramuka Siaga, unsur junior gerakan Pramuka. Penggunaan alam cerita dari buku ini telah disetujui oleh Kipling setelah permohonan langsung dari Robert Baden-Powell, pendiri gerakan Pramuka, yang pada mulanya meminta izin penulis untuk penggunaan Permainan Memori dari novel Rudyard Kipling lainnya, Kim untuk digunakan dalam skema pengembangan semangat dan kebugaran pemuda kelas pekerja di kota-kota. Akela, karakter serigala pemimpin dalam Anak Didikan Rimba, telah menjadi tokoh senior dalam gerakan ini, nama yang secara tradisional telah diadopsi oleh pemimpin setiap kelompok Pramuka.
Cerita-cerita di dalam buku ini, dan juga dalam The Second Jungle Book ("Buku Rimba Kedua") yang mengikuti pada tahun 1895 dan yang meliputi lima cerita lebih lanjut tentang Mowgli, adalah kumpulan fabel; cerita yang menggunakan hewan dalam cara antropomorfik untuk memberikan pelajaran moral. Ayat-ayat Hukum Rimba, misalnya, menggelar aturan untuk keselamatan individu, keluarga dan masyarakat. Kipling memasukkan hampir semua yang dia tahu, dengar, dan impikan tentang hutan India "Pembaca lain telah menafsirkan karya ini sebagai alegori politik dan masyarakat pada saat itu. Yang paling terkenal dari kumpulan cerita tersebut adalah tiga cerita yang mengisahkan petualangan Mowgli (dibaca: "mau-gli"), seorang "anak manusia" yang ditinggalkan dan dibesarkan oleh serigala di hutan India. Yang paling terkenal dari kisah-kisah lainnya juga "Riki-Tiki-Tavi", kisah heroik tentang seorang musang monggus, dan "Tumai Gajah", cerita seorang penegar gajah muda. Cerita tentang Kotik, sang Anjing Laut Putih mencari sebuah tempat di mana rakyatnya akan aman dari pemburu, telah dianggap sebagai metafor untuk Zionisme, pada awal dimulainya gerakan tersebut.Seperti halnya dengan banyak karya Kipling, masing-masing cerita didahului oleh sepotong ayat, dan dilanjutkan oleh yang lain.
Anak Didikan Rimba, karena nada dan pesan-pesan moralnya, telah digunakan sebagai buku motivasi oleh Pramuka Siaga, unsur junior gerakan Pramuka. Penggunaan alam cerita dari buku ini telah disetujui oleh Kipling setelah permohonan langsung dari Robert Baden-Powell, pendiri gerakan Pramuka, yang pada mulanya meminta izin penulis untuk penggunaan Permainan Memori dari novel Rudyard Kipling lainnya, Kim untuk digunakan dalam skema pengembangan semangat dan kebugaran pemuda kelas pekerja di kota-kota. Akela, karakter serigala pemimpin dalam Anak Didikan Rimba, telah menjadi tokoh senior dalam gerakan ini, nama yang secara tradisional telah diadopsi oleh pemimpin setiap kelompok Pramuka.
Kisah
Mowgli sangat mudah diasosiasikan dengan Tarzan. Keduanya tinggal di hutan
sejak kecil dan diasuh oleh binatang liar. Selain serigala, Mowgli juga diasuh
oleh macan kumbang bernama Bagheera (Ben Kingsley), tidak lain yang telah memungutnya
di hutan. Sebagai mentor, Bagheera melatihnya agar bisa beradaptasi dengan cara
serigala. Namun naluri sebagai manusia selalu berontak keluar.
Suatu
ketika, kekeringan melanda hutan. Hampir air di seluruh penjurunya menyusut.
Tapi, ada tempat di mana genangan air tersisa. Karena penyusutan air tersebut,
gundukan batu besar muncul di tengahnya. Para hewan berkumpul di sana untuk
minum. Masa tersebut menjadi gencatan senjata bagi seluruh penghuni hutan.
Ini
adalah sekuen paling menarik di sepanjang film. Bagaimana perdamaian diraih
melalui bencana, digambarkan Jon Favreau dengan sangat mengagumkan. Saya tidak
tahu harus berkata apa. Hanya saja sekuen ini begitu menarik perhatian saya. Semua
jenis hewan baik mangsa mau pun pemangsa, dapat berkumpul dalam satu bingkai penuh
makna.
Sheer
Khan (Idris Elba), seekor harimau Bengal paling ditakuti tiba-tiba muncul di
sana. Kedatangannya memberi ancaman bagi hewan lain. Tidak terkecuali bagi
Akela. Sheer Khan merasakan keberadaan Mowgli sebagai sosok yang harus dienyahkan.
Pengalaman buruk dengan manusia telah menumbuhkan kebencian besar dalam
dirinya. Di sini kita belajar bahwa sebuas apa pun harimau, manusia adalah
mimpi buruk bagi mereka.
Konflik
dalam film diawali ketika Sheer Khan mulai memburu Mowgli. Demi keselamatan,
Mowgli meninggalkan kawanan serigala meski berat hati dirasakan Raksha. Dalam
petualangannya, Mowgli mendapatkan pelajaran baru. Ia belajar bagaimana
menghormati alam dan penghuninya. Memahami kearifan binatang lain sebagai bagian
dari kekayaan semesta.
“The
Jungle Book” adalah film yang ringan untuk dipahami. Ini juga film yang sangat
seru, menegangkan di satu sisi, dan mengharukan di sisi yang lain. Jika kita
memahami konteksnya, film ini bercerita tentang pencarian jati diri. Mowgli
telah dirawat serigala sejak kecil. Ia menjadi bagian dari mereka. Maka,
pemecahan masalah di sini adalah bagaimana Mowgli bisa kembali menemukan
“siapakah diri ini sesungguhnya.”
Seperti
Studio Ghibli, Disney kembali menciptakan dunia fantasi mereka sendiri di sini.
“The Jungle Book” adalah tempat di mana Disney menumpahkan segala ideologinya
mengenai kekuatan fantasi itu sendiri. Film ini adalah sajian sempurna yang
kuat hampir di seluruh lini; pengarahan, naskah tulisan Justin Marks, performa
keren para cast, dan tentu spesial
efek!
“Avatar”
(2009) telah menghentakkan dunia perfilman lewat spesial efeknya. Dengan film
itu, James Cameron menunjukkan bahwa ia mampu menghadirkan universe sesuai ide-idenya. Tidak mau ketinggalan, Jon Favreau
menantangnya dalam “The Jungle Book” ini. Hingga kini, “Avatar” masih membuat
saya terkagum-kagum dengan sentuhan imajinasinya. Namun “The Jungle Book,” meninggalkan
kesan yang lebih dalam dan hangat di hati.
sudah selesai
BalasHapus